Seperti babak hidup yang terus berevolusi, jalan menuju kesuksesan pun berubah seiring perkembangan teknologi. Dahulu sukses berarti kerja di perusahaan ternama, pakai baju rapi setiap hari, menggunakan mobil keluaran terbaru untuk menerobos kemacetan yang kian gila.
Tapi kini ada generasi sukses baru yang tercipta.
Mereka yang tidak perlu susah payah pergi ke kantor di tengah kemacetan setiap harinya. Mereka yang menciptakan kesuksesan yang sama dengan bermodal laptop dan koneksi internet yang tersedia.
Orang-orang ini adalah generasi sukses baru yang bisa memanfaatkan kesempatan yang ada. Jika mereka bisa, tidakkah kamu ingin mengikuti langkah serupa?
1. Kita sering menggunakan Instagram dan Twitter untuk sekadar narsis saja. Tapi Elle dan Jess cerdik memanfaatkan social media dan membuat online shop pakaian mereka jadi yang paling laris di Indonesia
Elle dan Jess Yamada adalah 2 gadis remaja biasa yang gemar selfie dengan outfit terkeren lalu membagikannya ke sosial media. Kegemaran ini akhirnya menginspirasi Elle dan Jess untuk memulai bisnis online shop mereka, Gowigasa.
Berbeda dengan bisnis online shop lain yang hanya mengandalkan gambar produk biasa, Elle dan Jess justru jadi model untuk barang yang ditawarkannya. Penampilan Elle dan Jess yang apik, pengabadian gambar dengan angle dan komposisi gambar yang unik membuat produk yang ditawarkan Elle dan Jess makin menarik. Elle dan Jess mengunggah foto mereka ke berbagai channel media sosial. Mulai dari blog pribadi, Instagram, Twitter, dan akun Youtube mereka.
Kreativitas dan kedekatan personal yang dibangun oleh Elle dan Jess pada konsumen membuat online shop mereka tumbuh pesat. Tidak hanya berhasil generate sales dalam jumlah tinggi, Elle dan Jess pun jadi kiblat fashion anak muda kekinian. Their cuteness does affect everyone…
2. Percaya akan masa depan e-commerce membuat Achmad Zaky ngotot mengembangkan Bukalapak yang sempat dipandang orang sebelah mata. Kenyataannya kini Bukalapak dalam perjalanan menjadi raksasa
Lulus dari ITB yang notabene universitas ternama membuat Achmad Zaky diharapkan dapat bekerja di korporasi lalu hidup mapan seperti rekan sejawat kebanyakan. Namun Zacky yang juga CEO Bukalapak justru mengambil jalan berbeda. Berbekal pengalamannya semasa mahasiswa, Zacky melihat bahwa pasar e-commerce masih belum digarap di Indonesia — pasar ini akan bisa menghasilkan keuntungan jika digarap secara serius.
“Saya ngotot mengembangkan Bukalapak. Setiap hari, bahkan saat weekend, kami mengulik Bukalapak di garasi kecil kami di Jakarta Selatan. Di awal perjalanan banyak orang menyangsikan keberhasilan usaha ini. Ide untuk memberikan wadah bagi pedagang kecil dianggap absurd, sebab pengusaha kecil dirasa tidak akan berkembang.”
Tapi Zacky tetap gigih pada pendiriannya. Ia mengamati bahwa pengusaha kecil justru terus tumbuh subur, terlepas dari kondisi ekonomi saat itu. Mereka hanya butuk tempat yang bisa mewadahi, agar transaksi dan interaksi dengan konsumen tetap terjadi. Bukalapak pun dikembangkannya menjadi market place terintegrasi yang nyaman bagi pelapak dan pembeli, dengan sistem pembayaran yang aman pula.
Kegigihan Zacky pun akhirnya terbayar. Kini Bukalapak menjadi salah satu startup e-commerce paling berkembang di Indonesia dengan jumlah pelapak yang makin bertambah.
3. Berangkat dari kekesalan karena jarangnya tas kamera lokal berkualitas, Ihsanudin Fanani justru mengubah keadaan dan mengantungi keuntungan 40-50 juta per bulan
Pada tahun 2011 Ihsanudin Fanani yang sedang gemar-gemarnya menggeluti bisnis fotografi menyadari, ternyata di pasaran amat jarang bisa ia temukan tas kamera berkualitas dengan harga murah. Demi memuat photography gears nya Ihsanudin harus membeli tas kamera impor yang nominal harganya cukup membelalakkan mata.
Kesal akan kondisi ini, Ihsanudin memutuskan menghubungi saudaranya yang memiliki usaha konveksi tas kecil-kecilan dan memberikan contoh model tas kamera yang diinginkannya. Tak disangka, satu tas kamera yang dibuatnya menarik perhatian rekan-rekan fotografer lain. Demi memenuhi keinginan rekan-rekan sesama penggiat fotografi, Ihsanudin memutuskan membuat lebih banyak tas dan memasarkannya secara online lewat blog dan Facebook pribadinya.
“Pada tahun 2012 seorang kawan menyarankan saya mencoba berjualan lewat Bukalapak. Setelah melakukan riset kecil-kecilan saya merasa Bukalapak menawarkan sistem yang aman dan menguntungkan baik bagi penjual dan pembeli, sehingga menghindarkan dari jual-beli palsu. Alhamdulillah selama 4 tahun ini keuntungan dari berjualan di Bukalapak cukup menguntungkan, omsetnya bisa mencapai 40-50 juta per bulan.”
4. Chief Technology Officer Nulisbuku, Ollie Halimatussaidah, sukses mewujudkan impian untuk jadi penulis sekaligus menggawangi self publishing pertama di Indonesia
Menjadi penulis memang sebuah profesi yang terdengar seksi. Tapi di sisi lain juga terkenal dengan rekening yang tak begitu sering terisi. Ollie, begitu ia biasa disapa ingin mendobrak stigma ini. Ia memilih masuk jurusan IT semasa kuliah, sebab gatal ingin menciptakan website terbaik di Indonesia.
Lulus kuliah Ollie sempat menjadi web developer di sebuah perusahaan sebelum memulai startup toko buku online pertamanya yang diberi nama kutubuku.com . Keberhasilannya mengembangkan startup kutubuku menggerakkan Ollie mengembangkan startup selanjutnya, yaitu self publishing pertama di Indonesia.
“Memulai bisnis dengan berbekal keyakinan dan pengetahuan soal teknologi memaksa saya melakukan banyak networking dengan orang yang dianggap tepat. Twitter dan Linkedin banyak membantu saya untuk menemukan mereka. Dan sekarang, saya bisa mengatakan bahwa Nulisbuku adalah pelopor self publishing di Indonesia.”
5. Pernah mendapatkan pengalaman buruk saat membeli barang secara online, Sigit Nurdansyah malah memilih keluar dari pekerjaan demi menekuni bisnis onlinenya
“Tahun 2010 saya mencoba membeli sepeda secara online. Bukannya mendapatkan barang yang diharapkan, justru uang yang saya transfer hilang entah ke mana. Saat itu saya berpikir, apakah bisnis online pasti melibatkan penipuan semacam ini? Dari situ ketertarikan untuk menggeluti bisnis online mulai muncul.”
Nurdyansah adalah salah satu pelapak sukses di BukaLapak yang berhasil mengantungi keuntungan setidaknya 200 juta per bulan dari bisnis aksesoris gadget premium yang digelutinya. Bisnis online yang digelutinya sejak Februari 2012 lalu ini bahkan membulatkan tekad Nurdyansah untuk keluar dari pekerjaannya di perusahaan demi menjadi pedagang online purna waktu.
Setiap hari kini Nurdansyah berhasil bisa melayani setidaknya 30 transaksi per hari, yang datang dari berbagai penjuru Indonesia. Responnya yang cepat pada pelanggan membuat lapak Nurdansyah mendapat kepercayaan dari konsumen. Pernah jadi korban penipuan dari jual beli online justru membuat Nurdansyah menjadi top seller di BukaLapak.
6. Waktu kita terjebak pada kemalasan hunting buku, Arief Mai Rakhman lihai menggunakannya sebagai peluang bagi keberhasilan Deltabuku
Arief Mai Rakhman yang biasa dipanggil Arief adalah pria biasa yang gemar membaca. Arief mengaku membaca buku fisik memberikannya pengalaman yang berbeda dibanding memelototi layar demi membaca dalam format digital. Berdomosili di Yogyakarta yang notabene punya banyak pilihan toko buku murah, hunting buku jadi kegiatan yang kerap dilakukannya.
“Saya melihat mahasiswa sering kesulitan menemukan buku-buku spesifik yang dibutuhkan dalam proses kuliah atau pengerjaan tugas. Memang, beberapa buku tidak dengan mudah bisa ditemukan di toko buku. Kita harus hunting ke distributor atau bahkan penerbit. Nah, di sini saya melihat peluang bisnis.”
Berangkat dari pemikiran ini Arief mengembangkan usaha jual buku online diBukaLapak yang ia namai Deltabuku. Berbeda dari toko buku online lain yang banyak ada, Arief menawarkan layanan mencarikan buku-buku spesifik yang bisa ia dapatkan melalui koneksinya ke distributor dan penerbit. Usahanya di BukaLapak yang kini sudah berjalan 3 tahun sudah bisa memberinya omset 60 juta per bulan.
7. Diajeng Lestari memimpin persaingan e-store fashion islami lewat HijUp yang ia kembangkan sepenuh hati
Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia adalah pasar yang seksi untuk penjual aksesoris dan fashion muslimah. Kesempatan inilah yang diambil dan dimanfaatkan oleh Diajeng Lestari, alumnus FISIP UI yang juga istri dari CEO Bukalapak.
HijUP didirikan pada tahun 2011, dengan fokus pada E COMMERCEbusiness to co costumer yang menawarkan produk fashion muslim lokal dengan pilihan barang yang beragam. Sejak didirikan HijUp terus berkembang. Dalam wawancara dengan techinasia HijUp bahkan mengatakan telah mencapai 1,6 juta pageviews tiap bulannya.
Saat ini Diajeng Lestari dengan HijUpnya telah berhasil menggandeng setidaknya 100 desainer muslim lokal, seperti Dian Pelangi dan Ria Miranda yang makin memperkuat HijUp sebagai pelopor cool and fashionable muslim fashion di Indonesia.
Masih mau memanfaatkan laptop dan koneksi internetmu untuk meluapkan kegalauan saja setelah membaca cerita mereka? Tidak inginkah kamu mengikuti kesuksesan yang sama?
sumber : http://www.hipwee.com/sukses/jika-7-orang-ini-sukses-dengan-bermodal-laptop-dan-koneksi-internet-saja-kenapa-kamutidak-bisa/?utm_content=buffer22b66&utm_medium=social&utm_source=facebook.com&utm_campaign=buffer
Komentar
Posting Komentar