Aku gak mau jawab apapun saat kamu marah, bukan aku memilih diam. tapi aku menahan agar amarahku tak terpancing. Bukan aku lari dari masalah, aku memilih diam. karena aku gak mau api dibalas api. aku ingin jadi air saatapi ada pada dirimu. Katamu, mungkin aku pengecut. selalu diam dari semua masalah. tapi, setidaknya aku bisa meredamkan amarahku saat menghadapimu.
Apa aku harus membalas amarahmu, lalu aku menghardik keadaan bahkan ada perkataan kasar terlontar dariku untukmu, harus begitu?
Coba kau pahami, kau redakan sesaat amarahmu. aku mencoba tenang karena aku tak ingin amarah menyelesaikan hubungan kita. Dan aku tak ingin amarah yang menyelesaikan kita itu tindakan yang sangat bodoh bagi kita. Dengan susah payah kita bertahan selama ini lalu mengakhirinya karena masalah sepele? kau mau itu?
Aku merasa sakit, saat kau menghardikku, menyalahkanku. aku tak peka. selalu diam. entah kenapa aku bisa bersabar menghadapimukan? Seharusnya bukan aku yang berfikir seperti ini tapi kamu yang memikirkan ini, untuk apa kamu marah-marah.
Apa dengan amarah bisa menyelsaikan beberapa masalah yang ada? Dan kenapa aku lebih memilih diam? setidaknya aku tau, membalas amarahmu sama saja membuang energi dan menyia-nyiakan waktu yang tak banyak ini dengan tak menyelsaikan masalah, percuma, per-cu-ma.
Lihat aku di sini, apa yang aku lakukan, bukan hanya diam. tapi bagaimana aku bisa bertahan dengan sikap kekanak-kanakanya kamu. Apa aku harus melontarkan kata-kata kasar agar kau diam, lalu tersakiti dengan amarahku ini, aku tak ingin begitu.
Diam itu bodoh, aku sadar. tapi lebih bodoh lagi ada yang berteriak memarahi si bodoh tapi tak menyelesaikan masalah apapun. Suatu saat kita bisa menebak sendiri siapa yang ajan bertahan dengan diam, dan siapa yang akan kalah karena terlalu banyak mengalah. Justru aku tak ingin kita benar-benar kalah, aku hanya ingin mempertahankan kita, asal kau tahu! kalau kalah lalu untuk apa bertahan selama ini, sesakit ini menahan rindu dengan bodoh, Aku gak takut sama jarak, aku cuma takut aja kalau kita nanti sudah lama bertahan lalu kita benar-benar kalah.
Apa aku harus membalas amarahmu, lalu aku menghardik keadaan bahkan ada perkataan kasar terlontar dariku untukmu, harus begitu?
Coba kau pahami, kau redakan sesaat amarahmu. aku mencoba tenang karena aku tak ingin amarah menyelesaikan hubungan kita. Dan aku tak ingin amarah yang menyelesaikan kita itu tindakan yang sangat bodoh bagi kita. Dengan susah payah kita bertahan selama ini lalu mengakhirinya karena masalah sepele? kau mau itu?
Aku merasa sakit, saat kau menghardikku, menyalahkanku. aku tak peka. selalu diam. entah kenapa aku bisa bersabar menghadapimukan? Seharusnya bukan aku yang berfikir seperti ini tapi kamu yang memikirkan ini, untuk apa kamu marah-marah.
Apa dengan amarah bisa menyelsaikan beberapa masalah yang ada? Dan kenapa aku lebih memilih diam? setidaknya aku tau, membalas amarahmu sama saja membuang energi dan menyia-nyiakan waktu yang tak banyak ini dengan tak menyelsaikan masalah, percuma, per-cu-ma.
Lihat aku di sini, apa yang aku lakukan, bukan hanya diam. tapi bagaimana aku bisa bertahan dengan sikap kekanak-kanakanya kamu. Apa aku harus melontarkan kata-kata kasar agar kau diam, lalu tersakiti dengan amarahku ini, aku tak ingin begitu.
Diam itu bodoh, aku sadar. tapi lebih bodoh lagi ada yang berteriak memarahi si bodoh tapi tak menyelesaikan masalah apapun. Suatu saat kita bisa menebak sendiri siapa yang ajan bertahan dengan diam, dan siapa yang akan kalah karena terlalu banyak mengalah. Justru aku tak ingin kita benar-benar kalah, aku hanya ingin mempertahankan kita, asal kau tahu! kalau kalah lalu untuk apa bertahan selama ini, sesakit ini menahan rindu dengan bodoh, Aku gak takut sama jarak, aku cuma takut aja kalau kita nanti sudah lama bertahan lalu kita benar-benar kalah.
Jangan terlalu merasa bodoh dengan jarak, tunjukan pada mereka yang menghinamu, menghardikmu, mengucilkanmu dan membodohi-bodohi kita, kalau kita baik-baik saja. Dan kamu, jangan buat kita semakin tidak baik karena keegoisan kamu, labilnya kamu.
Pada intinya masalah pernah menyulitkan kita untuk bertahan, tak apa. anggap saja ini ujian bagaimana kita mempertahankan kita yang sebenarnya. Aku yakin, suatu saat. ketika masalah itu sulit terselesaikan. mungkin, bisa terselesaikan dengan pelukan. Bahkan, suatu saat aku yakin bisa menyelesaikan masalah tanpa ada pelukan. melainkan, kecupan yang kujatuhkan di keningmu, dan aku mohon dengan ketenangan hatimu, aku tetap kamu mempertahanku. denganIkhlas.Banyak masalah yang pernah kita lewati dengan diam, amarah, dan menyakitkan. pada akhirnya aku memilih. aku tetap di sini., iya aku tetap di sini yang mempertahankanmu dengan diam, Hingga masalah mempertemukan kita pada kita yang sebenarnya, kedewasaan.
Komentar
Posting Komentar